Perubahan Lingkungan yang Mencemaskan: Penipisan Lapisan Ozon dari Masa ke Masa
Ozon merupakan suatu molekul yang tersusun atas tiga atom oksigen (O3). Kata ozon berasal dari bahasa Yunani yaitu “ozein” yang berarti “mencium” sehingga ozon memiliki bau menyengat yang memungkinkan untuk dideteksi bahkan pada jumlah yang sangat rendah. Secara alamiah, Sebagian besar ozon, yakni sekitar 90% dapat ditemukan di startosfer dan membentuk suatu lapisan ozon dengan ketebalan yang berbeda-beda dan memiliki konsentrasi yang cukup besar, yakni dapat mencapai 10 ppm. Sebagian kecil ozon, yakni sekitar 10% dapat ditemukan di atmosfer bawah atau troposfer. Konsentrasi ozon di troposfer yang sangat kecil (sekitar 10-100 ppb) disebabkan oleh polusi udara akibat aktivitas manusia.
Lapisan ozon sangat efektif
mengabsorpsi radiasi ultraviolet (UV) dari matahari, khususnya yang
memiliki panjang gelombang pendek.
Ozon di stratosfer terbentuk secara alami oleh reaksi fitokimia yang melibatkan radiasi ultraviolet dari sinar
matahari. Berdasarkan Panjang gelombangnya (λ), radiasi sinar UV dari matahari
dibedakan menjadi 3, yaitu radiasi UV-A (315 nm < λ < 400
nm), radiasi UV-B (280 nm < λ < 315 nm), dan radiasi UV-C (λ < 280
nm). Lapisan ozon akan menyerap radiasi sinar UV-B dan UV-C sehingga hanya sebagian kecil yang melewati atmosfer
bumi. Pada manusia, peningkatan paparan kedua
radiasi dapat meningkatkan risiko kanker kulit, katarak, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Paparan UV-B dan UV-C
yang berlebihan juga dapat merusak kehidupan
tanaman terestrial, organisme bersel tunggal dan ekosistem perairan. Sedangkan radiasi UV-A, yang tidak diserap
secara signifikan oleh ozon, akan menyebabkan penuaan
dini pada kulit.
Seiring
berjalannya waktu, lapisan ozon semakin menipis. Para peneliti mengatakan bahwa
terdapat suatu zat akibat aktivitas manusia yang berpengaruh besar bagi
penipisan lapisan ozon, yaitu ozone depletion substance (ODS). Pada
umumnya, ODS diproduksi untuk kebutuhan industry tertentu atau produk rumah
tangga. Sebagian besar emisi ODS mencapai stratosfer dan menyebabkan penipisan
ozon karena atom klorin dan bromin bereaksi
dengan ozon (McKenzie,R.L.,
et al, 2011). ODS yang hanya mengandung karbon,
klorin, dan fluor disebut chlorofluorocarbons (CFC). CFC, karbon tetraklorida (CCl4) dan metil kloroform
(CH3CCl3) merupakan senyawaan klorin yang banyak digunakan pada aktivitas manusia.
Ketika aktivitas manusia mengemisikan CFC ke stratosfer, radiasi UV akan memutuskan salah satu atom Cl pada CFC sehingga dihasilkan radikal bebas Cl yang sangat reaktif. Radikal Cl akan bereaksi dengan ozon sehingga memutuskan salah satu atom O untuk membentuk ClO. Radiasi UV kemudian memutuskan ikatan O-O pada O2 sehingga menjadi atom O bebas yang nanti bereaksi dengan ClO sehingga membentuk radikal bebas Cl dan O2. Siklus ini kemudian berulang terus- menerus. Adapun siklus reaksi antara CFC dengan O3 sebagai berikut.
Penipisan Lapisan Ozon di Berbagai Daerah
Potensi penipisan
lapisan ozon lebih tinggi di daerah kutub dibandingkan dengan daerah yang
lainnya. Hal itu dikarenakan suhu yang dingin di stratosfer akan memicu
terbentuknya awan dingin di lapisan stratosfer yang hanya dijumpai di atas
kutub (polar stratospheric cloud/PSC). Suhu yang rendah menyebabkan
terbentuknya ClO (klor monoksida), suatu gas yang sangat reaktif, jauh lebih
banyak sehingga lebih berpotensi merusak lapisan ozon. Berdasarkan
pengamatan dan analisis data dari website WOUDC, diperoleh grafik konsentrasi
ozon di Indonesia dalam beberapa tahun yaitu sebagai berikut.
DU (Dobson Units) merupakan
jumlah total jejak gas di atmosfer bumi per satuan luas. 1 DU setara dengan
2,69×1020 molekul per satuan luas.
Konsentrasi
ozon berdasarkan grafik diatas mengalami kenaikan sekaligus penurunan dengan
satuan DU. Dari tahun 2006 hingga 2009, konsentrasi ozon ini mengalami
penurunan. Akan tetapi, di tahun 2010 ke tahun 2011, konsentrasi ozon mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Selain itu, di tahun 2016 ke tahun 2018,
konsentrasi ozon ini mengalami kenaikan yang cukup pesat.
Semakin
meningkatnya intensitas radiasi matahari menyebabkan meningkatnya konsentrasi
ozon di permukaan bumi. Konsentrasi ozon ini juga memiliki korelasi dengan
temperatur dimana apabila temperatur meningkat, maka konsentrasi ozon pun
meningkat. Adapun pengaruh kelembaban udara, konsentrasi ozon semakin rendah. Meningkatnya
konsentrasi ozon di troposfer (ozon permukaan) dapat memanaskan permukaan bumi
atau meningkatkan temperatur di permukaan bumi (Pujiastuti & Ilahi, 2014).
Adanya
kebakaran hutan dan lahan juga menyebabkan konsentrasi ozon menurun.
Kebakaran hutan ini merupakan salah satu aktivitas yang menghasilkan gas
polutan primer dimana dengan bertambahnya polutan primer yang diemisikan ke
atmosfer dapat menambah ozon troposfer tetapi jika sampai ke stratosfer dapat
merusak ozon stratosfer. Adapun gas polutan primer ini terdiri dari CH4, CO,
NOx, NMHC yang berasal dari pembakaran bahan bahan fosil untuk industri,
transportasi, kebakaran hutan dan pembakaran biomassa lainnya (Mariati, dkk,
2019).
Daftar Pustaka
Carlowicz,
M. (2013). The ozone layer: our global sunscreen. ChemMatters, pp.
12-14.
Mariati, H., dkk. (2019). Analisis ozon berbasis Satelit Airs NASA
Giovanni System. Jurnal Penelitian, Terapan Ilmu Geografi, dan Pendidikan
Geografi, Vol. 2(6), pp. 76-80.
Pujiastuti, D., & Ilahi, A. F. (2014). Analisis pengaruh intensitas
radiasi matahari, temperatur, dan kelembaban udara, terhadap fluktuasi
konsentrasi ozon permukaan di Bukit Kototabang tahun 2005-2010. Jurnal
Fisika Unand, 3(3), 177-183.
R. L.
McKenzie, et al. (2011). Ozone depletion and climate change: impacts on
UV radiation. Photochemical & Photobiological Sciences, vol.
10, no. 2, pp. 182-198.
https://www.canada.ca/en/environment-climate-change/services/air-pollution/issues/ozone-layer/depletion-impacts/causes-status-recovery.html
Comments
Post a Comment